Merantau

Tulisan ini bukan tentang film Merantau. Melainkan sebuah uneg-uneg yang terpendam sejak lama di lubuk hati yang paling dalam. Diawali karena melihat beberapa tweet

Kabur dari rumah

dan ini lagi

Balik ngekos

Jadi pengen bahas lagi alasan kenapa aku memilih menjauh dari kampung halaman dan pergi ke Jakarta. Sebelum aku lanjut, ini adalah hasil kilas balik, sesuatu yang belum sadari ketika aku memutuskan merantau hampir 2 tahun yang lalu.

Perubahan Mindset

Beberapa kali sering terjebak dalam situasi, dan ga bisa keluar. Berulang kali terus mengalami hal yang sama, aku berinisiatif mencari bacaan terkait self growth.

Beberapa bacaan yang paling nusuk adalah buku How living abroad helps you develop a clearer sense of self 1 dari HBR dan Buku Self Driving 2

Dikendalikan oleh lingkungan

Ada studi yang mempelajari bagaimana orang yang tinggal diluar negeri membuatnya lebih mengenali diri-nya sendiri. 1

Ketika seseorang tinggal di kampung halaman, akan cenderung meneruskan kebiasaan lingkungannya, tanpa mempertanyakan apakah itu sesuai dengan value yang dipegangnya.

Sedangkan seseorang yang merantau, terpapar oleh banyak kebudayaan membuat value yang dia percaya bisa jadi lebih kuat dan bisa juga melemah.

Nah dari sini ada kemiripan dengan yang aku alami. Saat terjebak dalam situasi, mencoba keluar, membaca bacaan, dan begitu terus diulang-ulang. Sedikit demi sedikit mengubah pola pikir dan aku sampai pada suatu titik bahwa lingkungan ini tidak lagi cocok dengan value yang aku pegang.

Mengambil alih kendali Hidup diri sendiri

Ngutip dari buku Self Driving, by the way ini bukan buku tentang mobil yang bisa jalan sendiri ya wqwq.

Buku ini menggunakan analogi saat bepergian dengan mobil. Kalau jadi penumpang kita tinggal duduk manis, bisa sambil nonton Netflix, ngobrol, makan bahkan bisa juga tiduran. 2

Berbeda kalau jadi sopir, harus mikirin lewat jalan alternatif mana yang sebaiknya dilalui, kalau ketemu macet, harus berhati-hati dan setiap langkah yang diambil harus berpikir, karena ada sekian nyawa yang bergantung padanya.

Dari sini aku merasa harus mengambil alih minimal Hidup aku sendiri dulu.

Kesimpulan

Melihat kebelakang lagi, aku bersyukur dengan keputusan ini, aku belajar banyak dari lingkungan baru, belajar lebih cepat dibanding waktu masih dirumah.

Beberapa hal yang dulu jadi masalah sekarang mulai terselesaikan, ada masalah baru dan mari kita selesaikan lagi, begitu aja terus...tapi itulah yang bikin aku lebih hidup, karena belajar menentukan hidup sendiri.

Catatan Kaki